Jumat, 01 Oktober 2010

Lumpur Lapindo Rusak Pesisir & Laut

Selasa, 28 September 2010, 19:33 WIB




REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Pakar teknik kelautan Surabaya Prof Ir Mukhtasor M.Eng PhD menilai lumpur di kawasan eksplorasi PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo yang kini dialirkan ke sungai telah merusak pesisir dan laut. "Kerusakan pesisir dan laut selama lima bulan pertama semburan (29 Mei 2006-31 Oktober 2006) menyebabkan kerugian Rp2 triliun," kata guru besar ke-96 ITS Surabaya di kampus setempat, Selasa.
Menjelang pengukuhan dirinya pada 12 Oktober mendatang, guru besar pencemaran laut itu menyatakan kerugian selama lima bulan pertama itu mencapai Rp5 triliun dengan Rp2 triliun di antaranya merupakan kerugian kerusakan pesisir dan laut. "Tentunya, nilai kerugian itu lebih besar lagi setelah empat tahun berlalu dan kerusakan pesisir dan laut pun lebih dahsyat lagi, karena lumpur dialirkan ke Laut Jawa melalui Sungai Porong," katanya.
Anggota Dewan Energi Nasional itu mengatakan kerusakan pesisir dan laut dapat dikatakan lebih dahsyat karena lumpur yang berada di laut akan menghalangi sinar matahari masuk ke dasar laut. "Dengan berkurangnya sinar matahari sampai ke dasar laut, maka kehidupan plankton pun terganggu, sehingga kehidupan di dasar laut pun akan rusak," kata dosen Teknik Kelautan FTK ITS Surabaya itu.
Menurut dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebenarnya mencanangkan Indonesia menjadi negara produsen perikanan terbesar di dunia pada 2015. "Pencanangan itu akan sulit atau bahkan mustahil tercapai bila pencemaran laut tidak terkendali, apalagi Uni Eropa sudah pernah menolak perikanan kita pada tahun 2006-2007 karena mercury (Hg), cadmium (Cd), dan timbal (Pb)," katanya.
Ia menegaskan bahwa pengelolaan pencemaran atau lingkungan seringkali dianggap sebagai pemborosan, padahal kerugian sosial sebagai dampak kerusakan lingkungan akan lebih besar. "Buktinya adalah catatan Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi di China yang mencapai 9 persen, namun bila dihitung dengan masyarakat yang sakit dan miskin akibat kerusakan lingkungan yang mencapai 5,78 persen, maka pertumbuhan tinggal 3 persen," katanya.
Ia menambahkan hal penting terkait pencemaran laut di Indonesia saat ini adalah tumpahan minyak di Laut Timor pada Agustus 2009 yang menumpahkan 500.000 liter minyak mentah perhari. "Minyak tumpah di Mexico yang mencapai 5.000 barel saja menyebabkan kerugian Rp10 triliun, tentu kerugian kita lebih besar, tapi kita kesulitan mengajukan klaim, karena kita belum mempunyai kelembagaan yang serius. Kasus lumpur Lapindo membuktikan kita masih berpikir politis, bukan berpikir dampak lingkungan," katanya.
Red       : Krisman Purwoko
Sumber : ant



Menurut saya :
Memang seharusnya luapan lumpur tersebut jangan di salurkan ke laut, karena dapat menimbulkan pencemaran kehidupan di dalam laut tersebut. Banyak ikan-ikan,tumbuhan,karang & biota laut yang lain yang akan mati karna lumpur tersebut. Dan bukan hanya kehidupan di dalam laut saja yang tercemar, saya kira penduduk daerah setempat yang tinggal di daerah dekat laut yang telah tercemar oleh lumpur akan terkena dampaknya juga.
Seperti terserang penyakit berbahaya karena mereka telah memakan ikan dari hasil tangkapan mereka di laut yang sudah tercemar oleh lumpur. Mungkin saja banyak penduduk setempat tidak mengetahui kalau ikan-ikan di laut tersebut telah tercemar & mereka langsung saja memakan ikan tersebut. Otomatis seseorang yang telah memakan ikan tersebut akan terkena penyakit yang berbahaya bagi kesehatannya.

Saran saya :
Sebaiknya pemerintah & pemilik perusahaan harus memikirkan apapun & bagaimanapun caranya agar lumpur tersebut tidak di alirkan ke laut. Karna itu menimbulkan dampak buruk yang sangat besar bagi kehidupan di dalam laut & bagi penduduk setempat.
Dan harus secepatnya kasus ini di selesaikan, agar kehidupan laut dapat diselamatkan & kerugian yang di timbulkan tidak terlalu besar lagi.


Pesan saya :
       Semoga saja kasus ini bisa terselesaikan dengan cepat. Agar penduduk sekitarnya dapat merasakan kehidupan mereka lagi seperti dulu & perekonomian di daerah tersebut dapat kembali normal. Karna kasus lumpur lapindo ini juga sudah berlangsung selama 5 tahun & berlarut-larut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar