Selasa, 29 Maret 2011

Pembinaan dan Pengembangan Sastra di Indonesia

Tema : Konsep IBD dalam Kasastraan
Yang dimaksud sastra Indonesia adalah karya sastra berbahasa Indonesia dan merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Sastra Indonesia merupakan salah satu bentuk pengungkapan pemikiran tentang masyarakat baru Indonesia (Rumusan Seminar Politik Bahasa tahun 1999). Sastra daerah, yang didalamnya telah direkam berbagai pengalaman yang berbeda, tetapi saling berinteraksi dan dalam beberapa hal saling mempengaruhi, telah ada dan berkembang jauh sebelum munculnya sastra Indonesia. Sastra Indonesia dan daerah, baik yang lama maupun yang baru, tidak terlepas dari pengaruh dan pertemuannya dengan kebudayaan dan sastra asing. Dalam perkembangan selanjutnya, sastra Indonesia menjadi media ekspresi berbagai gagasan modern, percerminan jati diri untuk membangun kebudayaan baru yang diilhami baik oleh sumber-sumber kebudayaan tradisi maupun oleh kebudayaan modern.
Perasaan dan cita-cita nasional Indonesia telah diekspresikan oleh pengarang Indonesia dalam bentuk puisi, roman, dan drama sebelum Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan terus-menerus diutarakan dalam karya mereka setelah perang kemerdekaan. Oleh karena itu, sastra Indonesia sebagai bagian kebudayaan nasional berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya dalam upaya ikut memupuk kesadaran sejarah serta semangat dan solidaritas kebangsaan.
Dalam kedudukannya sebagai wahana ekspresi budaya, sastra Indonesia mempunyai fungsi untuk (1) menumbuhkan rasa kenasionalan, (2) menumbuhkan solidaritas kemanusiaan, dan (3) merekam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
Di dalam rumusan Seminar Politik Bahasa tahun 1999, dikatakan bahwa yang dimaksud pembinaan dan pengembangan sastra adalah usaha-usaha yang diarahkan untuk memelihara dan mengembangkan sastra Indonesia dan daerah, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia dan daerah, serta memanfaatkan sastra asing supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.
Pembinaan sastra ialah upaya untuk meningkatkan mutu apresiasi sastra. Upaya itu meliputi pengajaran, pemasyarakatan, dan pemberdayaan. Upaya pembinaan sastra melalui pengajaran selalu dikaitkan dengan tujuan pengajaran sastra di sekolah. Sampai saat ini tujuan pengajaran sastra di sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah tidak pernah tercapai karena porsi pengajaran sastra hanya mendapat bagian kecil dari pengajaran bahasa. Ketersediaan guru satra di sekolah-sekolah sangat terbatas. Begitupun dengan pemanfaatan bahan ajar sastra yang belum optimal. Berdasarkan hal tersebut, pengajaran sastra hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
1) Tidak lagi merupakan bagian dari pengajaran bahasa.
2) Didukung dengan pengadaan guru yang berkelayakan mengajarkan sastra.
3) Didukung ketersediaan karya sastra yang memadai di sekolah.
4) Diupayakan sastrawan, baik lokal maupun nasional, lebih banyak dimanfaatkan melalui kegiatan tatap muka dengan guru sastra dan siswa.
5) didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Pemasyarakatan sastra Indonesia dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia. Pemasyarakatan sastra Indonesia hendaklah menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pemasyarakatan sastra dilakukan dengan tetap memperhatikan dan memanfaatkan kekayaan sastra nusantara, antara lain mengacu pada nilai-nilai budaya masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, pemasyarakatan sastra hendaknya mempertimbangkan hal berikut.
1) Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra Indonesia, penerbitan karya sastra perlu digalakkan.
2) Penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa-bahasa internasional perlu digalakkan.
3) Mendorong keikutsertaan sastrawan Indonesia dalam pertemuan-pertemuan sastra internasional.
4) Memberdayakan tiga komponen utama kehidupan sastra, yaitu sastrawan, karya sastra, dan masyarakat.
Pemberdayaan sastra ditujukan kepada pemantapan kedudukan dan fungsi
sastra dalam kehidupan masyarakat. Dengan semakin mantapnya kedudukan dan fungsi sastra dalam masyarakat diharapkan karya sastra yang bermutu akan lahir ditengah-tengah masyarakat itu sendiri. Dalam kehidupan masyarakat modern upaya pemberdayaan sastra makin dirasakan penting sekali. Tiga komponen utama kehidupan sastra perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh. Dukungan masyarakat luas berupa apresiasi sastra akan merangsang pertumbuhan sastra yang lebih subur dan bermutu. Berdasarkan hal tersebut, pemberdayaan sastra hendaklah memperhatikan hal-hal berikut.
1) Sastrawan perlu memperolah perlindungan hak cipta, kebebasan berekspresi, dan pernghargaan yang baik dari masyarakat.
2) Kritik sastar perlu disebarluaskan sehingga masyarakat dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan sastra.
3) Karya sastra yang bermutu harus dapat dinikmati oleh siswa, mulai dari sekolah dasar.
4) Apresiasi sastra masyarakat perlu diberdayakan melalui pengembangan komunitas satra.
5) Peningkatan sarana kehidupan sastra, seperti publikasi dan memperhatikan pusat-pusat kehidupan sastra.
Pengembangan sastra ialah upaya meningkatkan mutu sastra agar dapat
dimanfaatkan sebagai media ekspresi, pencerminan dan pencarian jati diri untuk membangun kebudayaan baru, dan sebagai sarana peningkatan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat. Upaya pengembangan satra meliputi penelitian dan pemeliharaan.
Penelitian sastra Indonesia dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang luas tentang sastra Indonesia, termasuk sejarah sastra (sastrawan, tokoh sastra, aliran dalam sastra, dan sebagainya), serta kaitannya dengan upaya pengembangan bahasa Indonesia. Penelitian sastra Indonesia juga harus dibarengi dengan penelitian terhadap sastra daerah. Penelitian terhadap sastra asing yang relevan juga harus dilakukan.
Pemeliharaan karya sastra dalah upaya yang dilakukan agar generasi baru Indonesia dapat memahami, menghayati karya sastra, terutama pesan yang dikandung di dalamnya. Pelestarian sastra lama adalah salah satu upaya pemeliharaan sastra. Pemahaman terhadap karya sastra akan lebih mudah dicapai jika suatu generasi mengalami kehidupan sastra itu sendiri. Oleh karena itu, pemeliharaan karya sastra dapat dilakukan melalui pemeliharaan tradisi bersastra di masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan naskah lama, penuturan dongeng.
(Sumber: Makalah KIK HISKI XX 2009, Bandung, 5--7 Agustus 2009)

Minggu, 27 Maret 2011

Mimpi

Tema : Manusia dan Keindahan
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut, “Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.”,
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu – kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu. Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
“Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,”Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
“Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna.”
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali:
‘Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.’
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga.
Sumber : Buku Kahlil Gibran

Senin, 14 Maret 2011

Si Penjahat

Tema : Manusia & Penderitaan

Seorang pemuda bertubuh kekar, namun lemah oleh rasa lapar, duduk terkulai di pinggir jalan, berwajah lesi dan menengadah tangan kepada semua orang yang lalu-lalang, minta sedekah sambil mengulang lagu duka cerita hidupnya yang kalah, kisah derita kelaparan dan kehinaan.
Kala malam tiba, bibir dan lidahnya pedih kekeringan, sedangkan tangan masih sehampa perut yang melilit keroncongan.
Dibenahinya diri, lalu pergi ke luar kota, kemudian duduk di bawah pohon, tak kuasa menahan lelehnya air mata. lalu ditengadahkannya mata yang penuh tanya ke arah sorga, sementara perut mendera, sambil berkata. “Oh Tuhan, aku telah pergi kepada orang kaya meminta kerja, tetapi dia memalingkan muka, melihat penampilanku yang papa, aku telah pergi mengetuk pintu sebuah rumah sekolah, namun tiada mendapatkan berkah, karena tiba dengan hampa tangan; segala macam pencarian nafkah telah kuupayakan, namun tiada satu pun kudapatkan. Dalam kebingungan telah terpaksa kuminta sedekah, tetapi ditolak umat-Mu para penyembah, yang memandangi diriku sambil menista, “Sebenarnya dia kuat, tapi pemalas, tak sepatutnya merengekkan belas.”
“Oh Tuhan, sudahkah menjadi kehendak-Mu bahwa ibuku melahirkan daku, dan kini bumi sendiri menyerahkanku kembali kepada-Mu, sebelum sampai Waktu?”
Lalu wajahnya berubah tiba-tiba. Dia bangkit berdiri dengen mata berbinar berapi-api. Dibuatnya tongkat berat dari dahan pohon besar, diacungkannya ke arah kota sambil berteriak kasar, “Sekuat tenaga aku telah menjerit minta roti, tetapi kau menolakku dengen berlagak buta-tuli, kini aku tidak meminta lagi, akan kuambil sendiri dengen kekuatan tangan besi! Telah kumohon sekeping roti, dengan himbauan pada kasih hati, tetapi rasa kemanusiaanmu telah mati. Baiklah kini akan kuambil sendiri, atas nama kejahatan!”
Berjalanlah tahun-tahun, yang mengenal pemuda itu sebagai penyamun, pembunuh, pengobrak-abrik keselamatan jiwa, dibinasakannya siapa pun yang menentangnya, ditumpuknya harta benda dan kekayaan, dibuatnya merebut pengaruh dari pemegang kekuasaan. Sekarang dia memperoleh pengagum, dari rekan sepencaharian, membangkitkan rasa iri pada sesama pencuri, menimbulkan gentar dan ngeri pada seluruh penduduk negeri.
Kekayaan dan kedudukan rampasan itu, mendesak Emir mengangkat dia sebagai wakil koto itu cara menyedihkan yang dianut para gubernur dungu. Maka pencurian memperoleh pengesahan; Pemerasan didukung alat kekuasaan, penindasan kaum lemah menjadi kebiasaan; dalam pada itu penonton khalayak ramai bersorak-sorai.
Demikian sentuhan pertama ketamakan mengubah si lembut menjadi pelaku tindak kejahatan, dan melahirkan pembunuh dari pencinta kedamaian; demikianlah benih awal keserakahan insan, bertumbuh jadi  raksasa dan menghantamkan godam seribu kaki pada kemanusiaan!
Sumber dari : Lagu Gelombang(Kahlil Gibran)

Bagi Sahabatku Yang Tertindas

Tema : Manusia & Penderitaan

Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan, diberi makan pada dada penurunan nilai, yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani, engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir.
Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya, yang hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas.
Wahai tawanan yang dilemparkan ke dalam kegelapan kerana kejahatan kecil yang dibuat seumpama kejahatan besar oleh mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan, dibuang dengan kebijaksanaan yang ingin mempertahankan hak melalui cara-cara yang keliru.
Dan engkau, Wahai wanita yang malang, yang kepadanya Tuhan menganugerahkan kecantikan. Masa muda yang tidak setia memandangnya dan mengekorimu, memperdayakan engkau, menanggung kemiskinanmu dengan emas. Ketika kau menyerah padanya, dia meninggalkanmu. Kau serupa mangsa yang gementar dalam cakar-cakar penurunan nilai dan keadaan yang menyedihkan.
Jangan putus asa, kerana di sebalik ketidakadilan dunia ini, di balik persoalan, di balik awan gemawan, di balik bumi, di balik semua hal ada suatu kekuatan yang tak lain adalah seluruh kadilan, segenap kelembutan, semua kesopanan, segenap cinta kasih.
Sumber : Buku Kahlil Gibran

Masa Muda Dan Keindahan

Tema : Manusia & Keindahan

Keindahan menjadi milik usia muda, tapi keremajaan yang untuknya dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran. Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan?
Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian. Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaan sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari? Hasrat masa muda akan kesenangan kenikmatan tidak terlalu menuntut tanggung jawab hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan hari.
Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati dan beku; banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak; dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan, melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun kerana kehilangan kebahagiaan.
Usia tua adalah permukaan kulit bumi; ia harus, melalui cahaya dan kebenaran, memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yang ada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan mereka hingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang sedang tumbuh dengan kebangkitan baru Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual, dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas, sebagai pemahaman keindahan kewujudan melalui rasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut
Sumber : Buku Kahlil Gibran

Analisis budaya Nostrand’s Emergent Model

Tema : Konsep IBD dalam Kesastraan
Nostrand’s Emergent Model  merupakan suatu model analisis budaya yang mendasarkan diri pada perasaan, kepercayaan, dan proses berpikir anggota masyarakat budaya target. Prosedur analisis ini adalah menggabungkan pengalaman-pengalaman budaya dan  cara hidup masyarakat dengan pengetahuan deskriptif tentang masyarakat tersebut.
Analisis budaya Nostrand mendasarkan diri pada empat hal penting yaitu: personality, social relations, culture pattern,  dan ecology  dan menekankan diri pada tiga element budaya masyarakatnya yaitu: nilai-nilai, karakteristik-karakteristik tertentu, dan pandangan dunia masyarakat.
            Dengan analisis ini, budaya-budaya yang terkandung di dalam karya sastra dapat tergali tuntas karena hal-hal khusus yang terjadi dan menjadi “trade mark”  dalam masyarakat tertentu dapat diketahui nilai-nilainya. Dalam konteks Indonesia, analisis ini sangatlah tepat mengingat berbagai kekhasan budaya dan masyarakat Indonesia yang masih mendasarkan diri pada perasaan, kepercayaan, dan pola pikir yang khusus. Beberapa hal nyata dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai landas tumpu analisis ini antara lain: ‘seni hidup’, intektualitas, personalitas, kenyataan hidup, hukum dan tatanan masyarakat, persahabatan, keluarga, agama, kesetiaan kepada daerah/ lokalitas, dan kecintaan pada nation.
            Penerapan analisis ini dalam karya sastra dapat dilakukan dengan memberikan karya sastra sebagaimana diungkapkan di bagian awal tulisan ini untuk kemudian digali aspek-aspek penting yang disarankan Nostrand. Teknik yang  dipilih bisa beragam dari analisis individu, kerja berpasangan, membandingkan dengan aspek-aspek yang ada dalam budaya mereka, atau dengan penilaian objektif/ logis atas hal-hal yang mereka temukan dalam karya sastra tersebut.  Apabila pembelajar dapat menemukan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kenyataan tersebut, tercapailah sudah tujuan pembelajaran budaya melalui karya sastra.
Sumber : Hughes, George H.  1986. “An Argument for culture analysis in the second language                   classroom”.        dalam Joyce Merrill Valdes. Culture Bound: Bridging the cultural gap in                   language teaching.            New York:  Cambridge University Press.

Alam dan Manusia

Tema : Manusia & Kebudayaan

Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, “Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?’ Dan sungai itu menjawab, ‘Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk.”
Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya, “Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?”
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata, “Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi.”
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak
pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, ‘Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?’
Sumber : Buku Kahlil Gibran

Kasih Sayang dan Persamaan

Tema : Manusia & Cinta Kasih

Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan terhadap masa kini dan harapan? masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata.? Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
Sumber : Buku Kahlil Gibran (Dari ‘Suara Sang Guru’)