Kamis, 17 Februari 2011

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di Kawasan Pecinan Semarang

Tema : Manusia & Kebudayaan

Kependudukan
Penduduk yang tinggal di kawasan Pecinan Semarang ini adalah warga keturunan Cina yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
  • Masyarakat Cina totok yang masih berorientasi pada kebudayaan aslinya, dan mempunyai keterkaitan dengan leluhur serta  adat-istiadat dari negara asalnya.
  • Masyarakat Cina  peranakan, yang sudah melebur dalam budaya lokal, dan sudah kehilangan identitas aslinya serta mengalami pergeseran dalam budaya dan tata nilainya.
Secara umum penduduk di kawasan pecinan ini terbagi menjadi sebagai berikut :
  • Penduduk asli yang telah menetap di kawasan Pecinan ini sejak lahir dan memiliki kapling di kawasan tersebut dari warisan leluhurnya.
  • Penduduk asli yang telah menetap di kawasan Pecinan ini sejak lahir, namun hanya menggunakan kaplingnya sebagai tempatberdagang atau toko, sedang tempat tinggalnya berada di luar Pecinan.
  • Penduduk yang tidak tetap, mereka tidak tinggal menetap di kawasan Pecinan ini. Hanya karena pekerjaannya mereka berada di kawasan Pecinan ini, misalnya buruh kerja atau pedagang non –permanen di pasar.
Kepercayaan dan Religi
Religi masyarakat etnis Tiong hoa selalu dipengaruhi oleh pemujaan terhadap arwah leluhur dan tiga ajaran utama, yaitu ; Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism. Sebagian besar masyarakat asli kawasan Pecinan Semarang masih menganut kepercayaan Tri Dharma (Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism). Ketiga ajaran tersebut terkait erat dan saling melengkapi. Dan, bagi etnis Tiong hoa pada umumnya, religi mencakup kepercayaan terhadap dewa-dewa local dan roh-roh; hal tersebut mempengaruhi keseharian mereka.
  1. Ajaran  Konfusianisme
Pokok ajaran Konfusius atau Kong Hu Chu adalah untuk menyelamatkan dunia melalui pengajaran moral etika terhadap manusianya. Mereka diarahkan agar berusaha menyempurnakan serta menyucikan hati serta pikirannnya menuju keseimbangan yang harmonis, ajaran konfusius mewajibkan :
Adanya pemujaan terhadap T’ian
T’ian atau Tuhan menjadi awal atas sumber segala kesadaran alam semesta. Konsep Konfisius terhadap T’ian bersifat ke Tuhanan dan alam.
Pemujaan terhadap arwah leluhur
Bagi etnis Tiong hoa, pemujaan terhadap leluhur mengingatkan mereka akan asal-usulnya. Dengan menghormati arwah leluhur mereka percaya bahwa anggota keluarga yang masih hidup akan senantiasa dilindungi, oleh sebab itu sangat penting bagi merekauntuk tetap menjalin hubungan baik dengan arwah leluhur. Pemujaan terhadap arwah  leluhur di pandang sebagai bakti anak terhadap leluhur.
Penghormatan terhadap Konfusius
Konfisius dihormati sebagai guru besar yang telah berjasa menempatkan ajaran moral dan spiritual bagi etnis Tiong hoa.
  1. Ajaran Taoisme
Taoisme merupakan dasar pikiran budaya orang Cina. Tokohnya adalah Lao Tze yang menulis kitab Dao De Jing yang menjadi inti ajaran Taoisme. Taoisme menekankan ajarannya pada hidup mengikuti kehendak alam, hakekat keharmonisan antara kehidupan langit (alam gaib) dengan kehidupan di bumi dan manusia (alam, dunia nyata). Taoisme mengajarkan upacara untuk mencapai kesempurnaan hidup yang bertemapt di Klenteng. Inti ajaran Taoisme adalah selalu berusaha untuk mengikuti kehendak alam, ajaran Tao mengatur secara hierarkis arah-arah mata angin yang penting:
  • Arah Timur sama dengan musim panas bersimbol warna merah
  • Arah Barat sama dengan musim gugur berrsimbol warna putih
  • Arah Utara sama dengan musim dingin bersimbol warna hitam
  • Arah Selatan sama dengan musim semi bersimbol warna biru
  1. Ajaran Buddhism
Ajaran Buddhism yang paling menonjol adalah kepercayaan adanya hidup setelah mati (reinkarnasi). Alam semesta memiliki tingkatan hirearkis, yaitu pemutasian kekuatan Yin (wanita/kegelapan) dan Yang (pria/terang) dan kombinasi lima elemen alam, yaitu: logam, kayu, api, air, dan tanah/bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar