Sabtu, 20 April 2013

GENERALISASI


Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

Macam – macam Generalisasi :
1.  Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa:
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat
dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.

2. Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemu¬dian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.

Beberapa contoh pendekatan silogisme dan genelisasi dalam penelitian yang dilakukan guru:
            Guru berpikir bahwa minat siswa berpengaruh pada tingginya prestasi belajar. Oleh karena itu, guru melakukan penelitian yang judulnya “Korelasi antara Minat dengan Prestasi Belajar” atau “Pengaruh Minat terhadap Prestasi Belajar”. Dalam contoh ini mungkin guru merasa telah melakukan suatu tindakan karena sudah menyusun angket minat dan membuka dokumen daftar nilai. Apa hasilnya? Setelah angket disebarkan kepada siswa, kemudian diperoleh data dan diolah dengan statistik maka guru akan memperoleh informasi berupa indeks korelasi. Guru puas, tetapi prestasi belajar siswa tidak terpengaruh apa-apa, jadi tetap saja tidak naik.

            Ditinjau dari sisi guru, sama sekali profesinya tidak meningkat. Dalam peristiwa ini guru hanya menyusun angket minat dan menganalisis nilai yang ada pada dokumen.
Contoh lain yang banyak dilakukan oleh guru, tetapi sangat tidak tepat adalah penelitian untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini guru juga tidak melakukan apa-apa, bahkan berpikir kurang tepat. Guru berprasangka, jika pendidikan orang tua siswa tinggi, pasti dapat memberikan bimbingan kepada anaknya dalam belajar sehingga prestasi anak-anak tinggi. Hasil dari penelitian ini justru ada bahayanya. Jika prestasi siswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih baik dari siswa yang orang tuanya berpendidikan rendah, saran peneliti harus berbunyi: “Orang tua sebaiknya berpendidikan tinggi agar prestasi anaknya baik”.

            Jika hasilnya berbalik, saran yang diberikan harus berbunyi: “Sebaiknya orang tua siswa tidak usah berpendidikan tinggi karena dikhawatirkan prestasi anaknya menjadi tidak baik”.
Contoh ketiga ; guru mempunyai permasalahan tentang aktifitas belajar siswa, penguasaan materi pembelajaran dengan sarana belajar, sehingga guru melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya, setelah melakukan penelitian dapat dikatakan ada peningkatan siswa menjadi aktif, penyempaian materi menjadi menyenangkan karena temannya menjadi tutor atau pemberi materi pelajaran.

Dari contoh di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pada contoh pertama : penelitian yang dilakukan guru salah atau tidak sah karena tidak menggunakan pendekatan silogime yang benar, yaitu :
Pengaruh Minat terhadap Prestasi Belajar
angket disebarkan kepada siswa
prestasi belajar siswa tidak berubah

2. Contoh kedua :
Pendidikan orang tua siswa tinggi
Pendidikan orang tua siswa tinggi
….. tidak terjadi kesimpulan

3. Contoh ketiga :
Jika menggunakan metode yang sesuai dan kreatif maka Siswa aktif dan belajar menyenangkan
Penggunaan variasi metode pembelajaran di lakasanakan
Maka siswa menjadi aktif
Pada contoh ketiga ini menggunakan penddekatan silogisme hipotetik, yaitu jika A terlaksana maka B terlaksana

DAFTAR PUSTAKA
Mundiri, Logika, Jakarta : Rajawali Pers, 1994.
Nasution, Hakim, Andi, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 2005
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2006.

http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/filsafat-iptek/Bab%209%20Yunus%20dan%20Halidin.ppt